Menakar Peran Santri dalam Kontestasi Pilkades

Pasang

Menakar Peran Santri dalam Kontestasi Pilkades

Pilkades atau Pemilihan Kepala Desa bukan hanya sekadar pesta demokrasi di tingkat lokal, melainkan juga cerminan wajah politik kebangsaan dalam skala kecil. Dalam kontestasi ini, santri memiliki peran yang strategis. Sebagai kelompok yang identik dengan tradisi keilmuan, akhlak, dan kedekatan dengan masyarakat, santri tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga dapat tampil sebagai aktor penting dalam mewarnai dinamika politik desa.

Santri dan Basis Sosial Masyarakat Desa

Sejak lama, santri dikenal dekat dengan denyut kehidupan masyarakat pedesaan. Tradisi belajar di pesantren menjadikan mereka terbiasa hidup sederhana, membaur dengan warga, serta menginternalisasi nilai keikhlasan dan pengabdian. Modal sosial ini menjadikan santri lebih mudah diterima oleh masyarakat desa sebagai figur yang dapat dipercaya.

Baca Juga....!!!  Pemerintah Belum Prioritaskan Perpanjangan Jalur KRL hingga Karawang

Santri sebagai Calon Pemimpin Desa

Ketika santri maju dalam kontestasi pilkades, masyarakat kerap menaruh harapan besar. Mereka melihat santri bukan sekadar figur religius, tetapi juga calon pemimpin yang diharapkan mampu membawa nilai-nilai keadilan, kejujuran, dan kearifan dalam mengelola pemerintahan desa. Dengan latar belakang keagamaan yang kuat, santri diharapkan bisa menyeimbangkan pembangunan fisik dengan pembangunan moral dan spiritual masyarakat.

Tantangan Santri dalam Pilkades

Namun, jalan santri menuju kursi kepala desa tidak selalu mulus. Ada tantangan serius yang dihadapi, mulai dari praktik politik uang, polarisasi sosial, hingga tekanan dari elit politik lokal. Dalam situasi seperti ini, integritas santri benar-benar diuji. Apakah mereka mampu tetap berpegang pada prinsip kejujuran dan kesederhanaan, atau justru ikut terseret arus pragmatisme politik?

Baca Juga....!!!  Beri Solusi Tuntas, Pemkab Karawang Resmikan UPTD PPA dengan 11 Layanan Komprehensif

Kontribusi Santri dalam Demokrasi Desa

Peran santri tidak hanya penting ketika mereka menjadi calon, tetapi juga saat mereka berperan sebagai pendamping masyarakat. Santri dapat menjadi jembatan edukasi politik yang mendorong warga untuk memilih dengan bijak, bukan karena iming-iming materi. Kehadiran santri dalam ruang demokrasi desa juga memperkuat tradisi musyawarah, sehingga pilkades tidak hanya dimaknai sebagai ajang perebutan kekuasaan, tetapi juga momentum mempererat persaudaraan.

Penutup

Menakar peran santri dalam kontestasi pilkades berarti melihat potensi besar mereka dalam menjaga demokrasi tetap sehat di tingkat desa. Dengan modal keilmuan, akhlak, dan kedekatan sosial, santri sejatinya bukan hanya layak menjadi pemimpin, tetapi juga menjadi pengawal moralitas politik desa. Tentu saja, tantangan modernitas dan politik praktis harus dijawab dengan keteguhan prinsip, sehingga santri benar-benar hadir sebagai teladan dan pencerah dalam kehidupan demokrasi desa.(/Akhmad Sururi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *