News  

Demo Gen Z dan Buruh Madagaskar Tuntut Presiden Mundur Gara-gara Nepal

Slidik .com
Pasang

Demo Besar-Besaran di Madagaskar

Di tengah gelombang protes yang semakin memanas, rakyat Madagaskar kembali turun ke jalan untuk menuntut pengunduran diri Presiden Andry Rajoelina. Demo yang berlangsung selama empat hari ini menjadi yang terbesar dalam sejarah negara tersebut, dan dianggap sebagai tantangan paling serius bagi kepemimpinan Rajoelina sejak ia terpilih kembali pada 2023.

Demo ini terinspirasi dari aksi Gen Z di Nepal beberapa bulan lalu, yang menggerakkan masyarakat untuk menyuarakan perubahan. Di Madagaskar, ribuan orang dari berbagai kota seperti Antananarivo, Fenoarivo, Toliara, Mahajanga, dan Diego Suarez turun ke jalan dengan membawa spanduk dan bendera yang bertuliskan “Rajoelina Keluar”. Mereka juga meneriakkan “keluar” sebagai bentuk penolakan terhadap kepemimpinan presiden saat ini.

Kondisi Sosial yang Memburuk

Kondisi kehidupan masyarakat Madagaskar dinilai semakin memburuk, dengan kemiskinan yang meluas dan layanan dasar seperti air dan listrik yang tidak memadai. Seorang demonstran anonim mengatakan bahwa Rajoelina telah berkuasa selama 16 tahun tetapi tidak ada perbaikan yang signifikan. Protes awalnya dimulai di Antananarivo akibat kekurangan air dan pemadaman listrik nasional, namun kemudian menyebar ke seluruh pulau.

Baca Juga....!!!  Tim Global Peace Convoy (IGPC) Indonesia memutuskan untuk mundur dari misi Global Sumud Flotilla (GSF) menuju Gaza

Presiden Rajoelina akhirnya membubarkan pemerintah pada Senin malam sebagai respons terhadap tekanan publik. Namun, langkah ini tidak berhasil meredakan kemarahan masyarakat. Di media sosial, gerakan Gen Z di Madagaskar menyerukan pembubaran Senat, Mahkamah Konstitusi, dan Komisi Pemilihan Umum. Mereka juga menuntut agar pengusaha Mamy Ravatomanga, yang diduga sebagai pendukung utama keuangan Rajoelina, diadili.

Peran Serikat Pekerja dan Perusahaan

Perusahaan distribusi air dan listrik nasional, JIRAMA, serta serikat pekerja pengawas ketenagakerjaan telah mengumumkan rencana pemogokan. Hal ini menunjukkan bahwa masalah yang dihadapi masyarakat tidak hanya politik, tetapi juga ekonomi dan sosial.

Baca Juga....!!!  Mendes PDT Kunjungi Desa Sukawangi, Minta Kemenhut Hapus Status Desa dari Kawasan Hutan

Presiden Rajoelina tampil di televisi pemerintah pada Senin malam dan berjanji untuk menciptakan ruang dialog dengan kaum muda serta menyelesaikan masalah pemadaman listrik dan kekurangan air. Ia juga menjanjikan dukungan untuk bisnis yang terkena dampak penjarahan. Namun, menurut laporan Reuters, langkah ini gagal meredakan kemarahan publik.

Penolakan Terhadap Pidato Presiden

Sebuah pesan di halaman Facebook gerakan protes menyerukan pengunduran diri Rajoelina serta pembubaran komisi pemilihan umum, senat, dan pengadilan tinggi negara. Penggerak aksi mengatakan mereka kecewa dengan pidato presiden dan menuntut permintaan maaf dari Presiden dan Perdana Menteri yang sudah diberhentikan, serta pemecatan administrator ibu kota.

Sejarah Kepemimpinan Rajoelina

Presiden Rajoelina pertama kali berkuasa melalui kudeta pada tahun 2009. Ia kemudian mengundurkan diri pada tahun 2014, tetapi kembali menjadi presiden setelah memenangkan pemilu 2018 dan 2023. Pemilu-pemilu tersebut dinilai oleh para penantangnya diwarnai berbagai penyimpangan.

Baca Juga....!!!  Pelantikan 61 PPPK Tahap II Tahun 2024, Bupati Agam: Jalani Tugas sebagai Jalan Menuju Surga Allah

Dukungan dari Oposisi dan Tokoh Agama

Oposisi yang sebelumnya diam kini mulai memberikan dukungan kepada gerakan protes. Pemimpin oposisi Siteny Randrianasoloniaiko dan mantan presiden Ravalomanana mengeluarkan pernyataan bersama pada Rabu (1/10) yang mendukung aksi demo. Aksi ini juga mendapat perhatian dari Paus Leo XIV, yang menyampaikan rasa sedih atas berita yang datang dari Madagaskar dan menyerukan peningkatan keadilan dan kebaikan bersama.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *