Indonesia Super League musim ini menjadi panggung bagi PSIM Jogjakarta untuk membuktikan diri. Alih-alih hanya menjadi tim promosi yang numpang lewat, mereka justru tampil memukau dan berhasil menembus papan atas klasemen. Hingga pekan ketujuh, PSIM berhasil menduduki peringkat kedua dengan raihan 12 poin, hasil dari tiga kemenangan, tiga kali imbang, dan satu kekalahan.
Yang menarik, beberapa poin krusial yang dikumpulkan PSIM diraih saat menghadapi tim-tim besar dan legendaris di kancah sepak bola Indonesia. Berikut beberapa pertandingan penting yang berhasil mereka lewati dengan baik:
- Imbang melawan Arema FC (1-1): Pertandingan yang menunjukkan mentalitas pantang menyerah Laskar Mataram.
- Kemenangan atas Persebaya (0-1): Sebuah kemenangan tandang yang membuktikan PSIM bukan hanya jago kandang.
- Kemenangan atas Bali United (3-1): Kemenangan meyakinkan atas mantan juara liga yang memberikan kepercayaan diri tinggi bagi tim.
- Imbang melawan Persib Bandung (1-1): Menahan imbang juara bertahan di kandang sendiri adalah pencapaian yang patut diacungi jempol.
Performa gemilang ini menjadikan PSIM sebagai salah satu tim yang belum terkalahkan dalam laga tandang. Lalu, apa saja faktor kunci di balik kesuksesan PSIM Jogjakarta menempati posisi runner-up sementara di Indonesia Super League musim ini? Berikut ulasannya:
1. Strategi Jitu dari Sang Pelatih
Kehadiran pelatih baru asal Belanda, Jean-Paul van Gastel, membawa angin segar bagi PSIM. Keputusan manajemen untuk merekrutnya terbukti sangat tepat. Di bawah arahan Van Gastel, PSIM sejauh ini sukses menerapkan formasi 4-2-3-1.
Namun, Van Gastel bukanlah pelatih yang kaku. Ia sangat fleksibel dalam menerapkan strategi, menyesuaikannya dengan karakter permainan tim lawan. Hal ini membuat permainan PSIM sulit ditebak dan selalu memberikan kejutan bagi lawan-lawannya.
- Menghadapi Tim dengan Sayap Cepat: Ketika berhadapan dengan tim yang mengandalkan serangan dari sisi sayap, Van Gastel menginstruksikan para gelandangnya untuk bermain lebih rapat dan mempersempit ruang gerak pemain sayap lawan.
- Menghadapi Tim dengan Taktik Parkir Bus: Sebaliknya, saat melawan tim yang cenderung bertahan dengan taktik “parkir bus,” Van Gastel memberikan kebebasan lebih kepada wing back untuk naik membantu serangan dan memberikan opsi umpan silang ke kotak penalti.
“Ya, saya sangat puas dengan perkembangan tim. Salah satu prinsip saya adalah jika kita bisa menang, kita tidak boleh kalah. Dan saya pikir tim saya telah mengikuti prinsip ini dengan baik,” ujar Van Gastel.
2. Kombinasi Skuat Muda dan Pengalaman
PSIM Jogjakarta tidak hanya mengandalkan pemain-pemain senior berpengalaman, tetapi juga memberikan kesempatan kepada pemain-pemain muda untuk bersinar. Salah satu contohnya adalah Cahya Supriadi, pemain berusia 22 tahun yang dikenal memiliki semangat juang tinggi, selalu berusaha keras, dan tidak gentar menghadapi lawan manapun.
Cahya didukung oleh pemain-pemain senior seperti Reva Adi dan Ze Valente, yang sebelumnya bermain untuk Persebaya. Perpaduan antara pemain muda dan senior ini menciptakan sinergi yang harmonis di dalam tim. Pemain muda menyumbangkan kecepatan dan agresivitas, sementara pemain senior memberikan ketenangan, pengalaman, dan visi bermain yang lebih matang.
Meski demikian, Van Gastel menyadari bahwa dalam kompetisi sepak bola, timnya tidak akan selalu meraih kemenangan. Ia sudah siap dengan segala hasil yang akan diraih oleh timnya. “Sekarang kita berada dalam tren positif. Tapi pasti akan ada saatnya tren itu menurun. Tapi itu tidak akan membuat saya menjadi pelatih yang berbeda,” imbuhnya.
3. Dukungan Tanpa Henti dari Suporter Fanatik
Faktor penting lainnya yang tidak boleh dilupakan adalah dukungan fanatik dari para suporter. Dua kelompok suporter besar PSIM, Brajamusti dan The Maident, selalu hadir di stadion untuk memberikan dukungan moral dan membakar semangat para pemain.
Dukungan dari suporter fanatik juga menumbuhkan rasa tanggung jawab yang lebih besar di antara para pemain. Mereka merasa memiliki kewajiban untuk memberikan yang terbaik di lapangan dan berjuang mati-matian untuk meraih kemenangan demi membalas dukungan yang telah diberikan oleh para suporter.
“Anda bergantung pada banyak hal untuk meraih kesuksesan. Oleh karena itu, saya berharap dan kami sedang bekerja keras untuk menjaga konsistensi tim agar kami dapat tampil di level tertentu dalam setiap pertandingan,” tegas mantan pelatih NAC Breda tersebut.