Obsessive compulsive disorder(OCD) merupakan kondisi psikologis yang rumit, di mana seseorang mengalami pikiran yang terus-menerus muncul secara obsesif dan keinginan untuk melakukan tindakan tertentu agar rasa cemas berkurang.
Meskipun terlihat sebagai kebiasaan kecil, OCD dapat mengganggu berbagai aspek kehidupan sehari-hari seperti tingkat produktivitas, hubungan sosial, serta kesehatan mental seseorang.
Banyak orang menganggap perilaku “bersih-bersih berlebihan” atau “memeriksa terus-menerus” sebagai kebiasaan biasa, padahal bisa menjadi bagian dari OCD jika sudah melebihi batas yang wajar.
Pengertian OCD
Gangguan kecemasan yang disebut OCD menyebabkan seseorang melakukan tindakan tertentu secara berulang untuk mengurangi rasa cemas akibat pikiran yang terus-menerus muncul. Alodoktermenerangkan bahwa penderita biasanya menyadari bahwa pikiran dan tindakan tersebut berlebihan, namun merasa kesulitan untuk menahan keinginan melakukan hal tersebut.
Gejala OCD
Gejala gangguan kecemasan obsesif kompulsif dibagi menjadi dua kategori utama:
1. Obsesi
Gagasan atau dorongan yang terus-menerus mengganggu, seperti rasa takut akan kotoran, kecemasan berlebihan terhadap ancaman, atau keraguan yang berulang.
2. Kompulsi
Perilaku yang sering dilakukan untuk mengurangi kecemasan terhadap pikiran obsesif, seperti mencuci tangan berulang kali, memeriksa pintu berkali-kali, atau menjalani ritual tertentu.
Penyebab OCD
Penyebab gangguan kecemasan obsesif-kompulsif (OCD) belum sepenuhnya jelas, namun beberapa faktor risiko telah ditemukan. MenurutPrudential Syariah, salah satu penyebabnya adalah faktor genetik atau kecenderungan keluarga yang mengalami gangguan serupa.Alodoktermenyebutkan bahwa perubahan kimia di otak, faktor genetik, dan kondisi lingkungan dapat berkontribusi pada munculnya OCD.
Beberapa faktor lainnya bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami OCD, seperti mengalami stres berat, pengalaman yang traumatis, kepribadian yang perfeksionis, atau pernah mengidap gangguan mental lain.Alodoktermengatakan bahwa seseorang yang memiliki latar belakang gangguan kecemasan, depresi, atau kondisi stres berat cenderung lebih mungkin mengalami OCD.
Dampak gangguan kecemasan obsesif kompulsif dalam kehidupan sehari-hari
Jika tidak ditangani, OCD bisa membuat seseorang merasa kewalahan, menghindari interaksi sosial, atau mengalami dampak negatif terhadap produktivitas kerja serta kesehatan mental. Banyak penderita merasa waktu mereka habis untuk ritual dan pikiran obsesif, sehingga sulit menjalani kehidupan sehari-hari dengan normal.
Cara Penanganan OCD
1. Pengelolaan OCD melalui Terapi Psikologis
Terapi kognitif perilaku (CBT) dan metode Exposure and Response Prevention(ERP) merupakan metode yang umum digunakan untuk membantu penderita OCD menghadapi pikiran obsesif tanpa melakukan ritual kompulsif. Terapi ini mengajarkan pasien agar tidak hanya merespons, tetapi lebih menerima ketidaknyamanan yang muncul secara perlahan.
2. Penanganan dengan Obat-obatan
Jika gejala gangguan kecemasan obsesif-kompulsif (OCD) cukup berat atau terapi tidak memadai, dokter mungkin meresepkan obat antidepresan, khususnya jenis SSRI, untuk mengatur kembali neurotransmiter di otak.Alodoktermengatakan obat seperti fluoxetine atau sertraline sering dianggap sebagai pilihan pengobatan untuk kasus gangguan kecemasan berulang.
3. Peran Bantuan Sosial dan Pendidikan
Dukungan dari keluarga, sahabat, dan lingkungan sekitar sangat penting agar penderita tidak merasa kesepian. Pendidikan mengenai OCD kepada orang-orang di sekitar bisa membantu memperluas pemahaman serta memberikan ruang untuk empati dan bantuan selama proses pemulihan berlangsung.
4. Perawatan Diri sebagai Pelengkap
Kegiatan seperti meditasi, berolahraga ringan, pengelolaan stres, dan menjaga kebiasaan tidur yang baik dapat membantu mengurangi gejala. Kebiasaan positif ini mendukung pengobatan utama agar hasilnya lebih optimal serta mempertahankan keseimbangan emosional.
Kondisi OCD tidak selalu bisa sembuh sepenuhnya bagi setiap individu, tetapi banyak orang mampu mengendalikan gejalanya secara signifikan dengan menggabungkan terapi, pengobatan, dan dukungan dari lingkungan. Bagi sebagian besar orang, kehidupan dapat menjadi lebih nyaman dan efisien jika OCD dikelola dengan baik.
Meningkatkan pemahaman mengenai OCD juga berkontribusi pada pengurangan prasangka terhadap gangguan mental ini. Dengan kesadaran, dukungan, dan akses pada perawatan yang tepat, orang yang menderita OCD tidak perlu merasa kesepian selama proses pemulihan. (*)