Limbang Tacik Ta’a kembali menyapa para pecinta olahraga renang di tahun 2025 dengan semangat yang membara. Festival renang perairan terbuka yang digelar di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur ini sukses memadukan adrenalin kompetisi dan pesona alam dalam edisi keduanya. Acara ini sekaligus menegaskan bahwa ajang olahraga dapat sekaligus menjadi selebrasi keindahan destinasi pariwisata Indonesia.
Berlokasi di Ta’aktana, a Luxury Collection Resort & Spa milik PT Fortuna Paradiso Optima (FPO), acara ini mendatangkan peserta dari berbagai penjuru dunia termasuk Inggris, Belanda, Rusia, Jepang, dan Australia. Mereka datang bukan hanya untuk berlomba, tetapi juga untuk menikmati rute renang yang indah sekaligus menantang, membentang dari pantai Wae Rana hingga Pulau Bidadari.
Renaldus Iwan Sumarta selaku Inisiator Limbang Tacik Ta’a dalam keterangan tertulisnya tak menyembunyikan rasa bangganya atas keberhasilan penyelenggaraan edisi kedua Limbang Tacik Ta’a tahun ini.
“Bagi kami, Limbang Tacik Ta’a bukan sekadar ajang kompetisi, melainkan sebuah gerakan untuk merayakan laut sebagai ruang kehidupan, tempat kita kembali terhubung dengan alam dan menemukan kedamaian di Labuan Bajo,” ujarnya.
Tahun ini, Limbang Tacik Ta’a menghadirkan tantangan baru, yakni kategori 10.000 meter. Di nomor utama ini, Elisei Stepanov dari Rusia mencetak rekor waktu 02:17:21, unggul tipis dari dua atlet muda berbakat—Mohammad Akbar Putra Taufik dan Semenov Denis. Sementara di kategori wanita, Adinda Larasati Dewi Kirana, peraih medali terbanyak di PON Papua 2021, membuktikan kelasnya dengan catatan impresif 02:35:34.
Kategori 5.000 meter menjadi ajang duel sengit antar pecinta renang perairan terbuka. Alexander Taraskin dan Bianca Marcon masing-masing mendominasi kelompok usia 30–39 pria dan wanita. Di sisi lain, Colin Wilbhy mencuri perhatian sebagai satu-satunya peserta kategori 60+, menyelesaikan lomba dengan waktu luar biasa: 01:58:41.
Di kategori 2.000 meter, para atlet muda tampil memukau. Satria Chandra dan Fiorenza Elysia Ngera keluar sebagai juara junior usia 14–19 tahun, mencatatkan waktu tercepat di antara seluruh peserta kategori ini—menegaskan bahwa masa depan renang Indonesia cerah, penuh potensi, dan siap bersinar di panggung dunia.
Pemenang nomor 10.000 meter, Elisei, menyampaikan kesan positif terhadap penyelenggaraan Limbang Tacik Ta’a tahun ini. “Acara ini terselenggara dengan sangat baik. Saya berharap dapat terus diadakan setiap tahun. Tahun depan, saya pasti akan hadir kembali dan turut mempromosikannya ke teman-teman serta tim saya—terutama para pecinta triathlon dan renang air terbuka,” ungkapnya.
Acara ditutup dengan kejutan Sunset Sprint Race yang tahun ini berlangsung di area Jetty Ta’aktana, disusul oleh penampilan tradisional Tari Caci dan prosesi winner ceremony yang digelar di Amphitheater Ta’aktana di pesisir pantai Wae Rana.
Race Director Omar Suryaatmadja menyampaikan bahwa seluruh peserta berhasil menyelesaikan lomba dengan aman, dan keseluruhan acara berlangsung lancar. Omar juga menambahkan bahwa Limbang Tacik Ta’a akan terus dikembangkan sebagai ajang tahunan yang mengangkat laut Labuan Bajo sebagai destinasi sports tourism unggulan.
“Kami ingin menjadikan laut sebagai panggung prestasi dan pengalaman tak terlupakan. Laut, budaya, dan semangat kompetisi berpadu dalam satu narasi: Dilaokku Kallumangku – My Ocean, My Life,” tutupnya.