Mengapa Overthinking Sebelum Tidur Berbahaya? Ini Penjelasan dan Solusinya

 Malam hari seharusnya menjadi waktu tubuh dan pikiran untuk beristirahat. Namun, bagi beberapa orang, justru saat itulah munculnya aliran pikiran yang tidak pernah berhenti. Fenomena overthinking sebelum tidur sedang viral di media sosial, termasuk YouTube dan TikTok. Para psikolog menyebut kebiasaan ini bisa mengganggu kualitas tidur serta kesehatan mental jika terus-menerus dibiarkan.

Berdasarkan saluran YouTube Satu Persen – Indonesia Life School, kebiasaan berpikir terlalu keras sebelum tidur umumnya disebabkan oleh rasa cemas dan pikiran yang belum terselesaikan sepanjang hari. Otak cenderung lebih aktif ketika tubuh mulai rileks, sehingga mengingat kembali hal-hal yang belum selesai. Proses ini menyebabkan seseorang kesulitan untuk tertidur meski tubuh sudah merasa lelah.

Dalam salah satu video mereka, tim Satu Persen menjelaskan bahwa kebiasaan berpikir terlalu banyak di malam hari berkaitan dengan cara otak mengingat dan mengulang informasi. Jika seseorang tidak memiliki cara menghadapi stres yang sehat, otak akan terus mengulang peristiwa-peristiwa negatif yang dialami.

Psikolog klinis Indah SJ, M.Psi. melalui akun TikTok-nya (@sundarindah) menyampaikan bahwa pikiran berlebihan sebelum tidur sering dikaitkan dengan kecemasan yang berlebihan.

Misalnya, mengingat kesalahan yang telah terjadi di masa lalu atau merasa cemas menghadapi hari esok. Keadaan ini akhirnya menyebabkan stres dan memperburuk kualitas tidur.

Read More

Di sisi lain, akun TikTok @dinamisbiropsikologi menyampaikan bahwa overthinking dapat memperparah kesulitan tidur. Otak yang terlalu aktif menghalangi tubuh untuk memasuki tahap tidur yang dalam, sehingga seseorang sering terbangun berulang kali pada malam hari.

Faktor Pemicu

Selain aspek psikologis, dr. Kevin Mak melalui akun TikTok (@drkevinmak) menyoroti dampak gaya hidup terhadap kebiasaan tersebut. Ia menjelaskan bahwa penggunaan perangkat elektronik sebelum tidur menyulitkan otak untuk rileks. Paparan cahaya biru dari layar ponsel menghambat produksi melatonin, hormon yang berfungsi mengatur siklus tidur. Akibatnya, otak tetap terjaga dan cenderung memicu pikiran yang berlebihan.

Selain itu, kebiasaan membawa masalah kerja atau akademik ke kamar tidur juga meningkatkan risiko overthinking. Hal ini sejalan dengan penjelasan dari video Satu Persen lainnya yang menyatakan bahwa kurangnya batasan antara waktu kerja dan waktu istirahat menjadi penyebab utamanya.

Bagaimana Mengatasinya?

Meski terdengar mudah, mengatasi kebiasaan berpikir berlebihan sebelum tidur memerlukan ketekunan. Para ahli psikologi menyarankan beberapa langkah berikut:

  1. Membuat kebiasaan malam yang membantu rileks.

Alih-alih memandang layar ponsel, coba baca buku ringan atau lakukan kegiatan menenangkan seperti pernapasan yang dalam.

  1. Menulis jurnal.

Berdasarkan pendapat Satu Persen, menulis kekhawatiran atau rencana untuk besok di kertas bisa membantu “mengosongkan” pikiran sebelum tidur.

  1. Menerapkan teknik mindfulness.

Indah SJ menekankan perlunya latihan kesadaran diri, seperti meditasi singkat, agar pikiran menjadi lebih tenang.

  1. Mengurangi penggunaan kafein pada malam hari.

Saran yang diberikan oleh Dr. Kevin Mak, kafein mampu menjaga otak tetap waspada dan sulit untuk rileks, sehingga memicu kecenderungan berpikir berlebihan lebih mudah terjadi.

  1. Membuat suasana kamar tidur yang nyaman.

Cahaya redup, suhu ruangan yang nyaman, serta tempat tidur yang bersih dapat membantu tubuh memberi sinyal ke otak bahwa sudah waktunya untuk beristirahat.

Fenomena di Media Sosial

Topik tentang overthinking sebelum tidur sedang viral di TikTok. Banyak pengguna internet merasa terhubung dengan konten yang menggambarkan kesulitan tidur akibat pikiran yang penuh. Beberapa orang berbagi pengalaman pribadi, sementara yang lain memberikan saran singkat, mulai dari mendengarkan musik tenang hingga berolahraga ringan.

Meskipun saran tersebut dapat bermanfaat, para pakar menekankan bahwa kebiasaan berpikir berlebihan tidak boleh dianggap remeh. Jika kondisi ini berlangsung lama dan mengganggu aktivitas sehari-hari, lebih baik segera mencari bantuan dari ahli.

Mengkhawatirkan terlalu banyak sebelum tidur merupakan keadaan yang sering terjadi akibat rasa cemas, kebiasaan buruk, atau gaya hidup yang tidak seimbang. Media sosial telah berkontribusi dalam meningkatkan pemahaman mengenai masalah ini, tetapi setiap orang tetap harus menemukan metode yang paling cocok untuk dirinya sendiri. Pada akhirnya, kualitas tidur tidak hanya ditentukan oleh tubuh yang lelah, tetapi juga pikiran yang tenang.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *