Orang NU Saatnya Tidak Lagi Tayamum dalam Politik
” Saat orde baru muncul jargon, NU ada dimana mana tapi tidak kemana-mana. Jargon tersebut seiring dengan munculnya PKB sebagai anak kandung dari PBNU maka sudah tidak berlaku lagi. Hal ini sebagaimana bersuci dengan Tayamum diberlakukan saat dalam keadaan darurat alias tidak ada air. Saat air untuk bersuci sudah ada, maka tayamunya batal dan kembali menggunakan air. Ini artinya saat NU mendirikan PKB maka semua nahdliyin pilihan politiknya tentu PKB, sebagai satu satunya partai yang hijau di Senayan,” kata KH Ahmad Badawi Basyir selaku Wakil Sekretaris Dewan Syuro DPP PKB saat menjadi Nara sumber dalam Kegiatan Halaqoh Kebangsaan di Pondok Pesantren As Syamsuriyyah Jagalempeni Kec Wanasari Kab Brebes.
Lebih jauh Pengasuh Pondok Pesantren Darul , Falah Jekulo Kudus mengungkapkan sejarah NU yang pernah menjadi partai politik pada era tahun lima puluhan. Lebih dari itu NU juga pernah menjadi Presiden RI, yaitu KH Abdurrahman Wahid atau yang sering disebut dengan Gus Dur. Ini menjadi bukti bahwa peran politik kebangsaan mewarnai Republik Indonesia. Inilah yang disebut menggambar warna politik Indonesia dengan politik Kyai.
Negeri Indonesia dengan pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden hari ini menurut Gus Badawi memiliki kecenderungan kepada aliran politik demokrasi liberal. Hadirnya PKB sebagai partai politik berbasis Kyai sangat diharapkan nilai nilai idiologi Ahlusunah Wal jamaah mewarnai dalam perpolitikan di Indonesia. Hal tersebut sangat penting, meski dalam dalam asas disebutkan Pancasila namun sesungguhnya prinsip dan nilai nilai Ahlusunah Wal jamaah menjadi nilai perjuangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
” Oleh karena itu walaupun di atas dalam hal ini PBNU ada sedikit perbedaan, tapi sesungguhnya di bawah kita sama. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kerangka politik idiologis. Hal ini tentu didasari karens historis PKB tidak bisa dilepaskan dari NU sebagai anak kandung yang sah,” lanjut Wakil Ketua Dewan Syuro DPW PKB Jawa Tengah.
Di hadapan peserta Halaqoh Kebangsaan yang dilaksanakan pada hari Ahad,2 Nopember 2025, Gus Badawi memaparkan tiga pertimbangan dalam menentukan pilihan politik. Pertama pertimbangan historis, ini jelas karena sejarah PKB lahir dari rahim PBNU yang dideklarasikan oleh Gus Dur dan Kyai kyai NU. Kedua pertimbangan idiologis, hal ini terkait dengan implementasi nilai nilai Aswaja dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sementara politik aspiratif menjadi ruang untuk menyampaikan aspirasi dan harapan dari warga NU. Hal ini menjadi suatu penekanan utama bahwa PKB menjadi satu satu wadah aspirasi politik warga NU. Kalau ada orang NU yang berada di partai lain, itu sifatnya menitip aspirasi sehingga tidak memiliki otoritas sepenuhnya. Aspirasi tersebut tidak sebatas bantun aspirasi yang digelontorkan oleh anggota dewan untuk masyarakat. Namun lebih dari dari gagasan dan pemikiran terhadap persoalan-persoalan bangsa itu juga menjadi bagian aspirasi.
” Contohnya saat ramai ramai kemarin tentang Pondok Pesantren Al Khoziny dan Penghinaan terhadap Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo,KH Anwar Mansur, dewan dewan PKB menjadi garda terdepan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut. Kami selidiki Dewan Syuro menyampaikan kepada seluruh anggota dewan dari PKB bersikap tegas terkait dengan hal tersebut. Hal ini tentu yang muncul hanya PKB, karena memang secara idiologis mengusung.pemikiran dan tradisi pesantren. Partai lainnys jelas tidak mungkin, karena idiologi tidak sama,” pungkas KH Ahmad Badawi Basyir .
Kegiatan Halaqah Kebangsaan dalam rangka Hari Santri yang diselenggarakan oleh MWC NU dihadiri oleh utusan Pengurus Ranting NU se Kecamatan Wanasari. Badan Otonom di lingkungan MWC NU juga turut hadir bersama dengan Pengurus MWC NU. Rois Syuriah MWC NU Wanasari KH Sobarudin bersama dengan Ketua Tanfidziah juga hadir dalam forum tersebut.
Sebagai Keynote Spech dalam Halaqoh Kebangsaan, KH Musyaffa Lc , anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah. Beliau menyampaikan saatnya kita bergerak Nahdliyin harga mati untuk menuju peran NU dalam pusaran politik kebangsaan. Hadir dalam forum tersebut dan memberikan sambutan atas nama Pengasuh Pondok Pesantren As Syamsuriyyah Jagalempeni , Nyai Nafisatul Khoiriyah yang kebetulan menjadi anggota DPRD Kab Brebes dari PKB.














