Waspada Uveitis, Penyakit Mata Merah yang Bisa Menyebabkan Kebutaan

Penyebab dan Pengobatan Uveitis yang Perlu Diketahui

Mata merah sering kali menjadi gejala umum yang dialami oleh banyak orang, baik karena kelopak mata yang terlalu sensitif, iritasi, atau bahkan akibat infeksi virus dan bakteri. Namun, ada satu kondisi khusus yang perlu diwaspadai, yaitu uveitis. Kondisi ini bisa menyerang retina dan berpotensi mengancam penglihatan secara keseluruhan jika tidak segera ditangani.

Dr. Vanny, dokter spesialis infeksi dan imunologi mata dari JEC Eye Hospitals, menjelaskan bahwa retina merupakan bagian penting dalam sistem penglihatan. Fungsinya adalah menerima cahaya yang masuk ke mata dan mengubahnya menjadi sinyal visual yang dikirim ke otak. Oleh karena itu, gangguan apapun pada retina bisa memengaruhi kemampuan penglihatan secara menyeluruh.

Read More

Uveitis sendiri adalah peradangan yang terjadi di dalam mata, khususnya pada area uvea. Uvea merupakan lapisan tengah mata yang terdiri dari iris, badan siliaris, dan koroid. Peradangan ini bisa terjadi di beberapa bagian, antara lain:

  1. Anterior – peradangan di bagian depan uvea
  2. Intermediate – peradangan di bagian tengah uvea
  3. Posterior – peradangan di bagian belakang uvea
  4. Panuvetis – peradangan yang melibatkan bagian depan dan belakang uvea

Gejala umum dari uveitis meliputi:

  • Mata merah dengan rasa nyeri
  • Penglihatan kabur atau berbayang
  • Munculnya floaters, yaitu bintik-bintik kecil yang tampak melayang-layang
  • Sensitivitas terhadap cahaya (photophobia)

Jika mengalami gejala-gejala tersebut, segera konsultasikan ke dokter. Dr. Vanny menegaskan bahwa uveitis bukan sekadar peradangan biasa. Banyak pasien tidak sadar bahwa mereka sedang mengalami kondisi ini hingga gejalanya memburuk. Tanpa penanganan yang tepat, uveitis bisa menyebabkan komplikasi serius seperti katarak, glaukoma, kerusakan retina, hingga kebutaan permanen.

Kondisi ini dapat menyerang semua kelompok usia, terutama pada usia produktif (20–60 tahun). Di Indonesia, penyebab utama uveitis antara lain infeksi sistemik seperti tuberkulosis dan toksoplasma, serta gangguan autoimun seperti lupus atau sindrom Sjogren. Sayangnya, sekitar 48–70% kasus uveitis masih memiliki penyebab yang belum diketahui (idiopatik).

Diagnosis dan Pengobatan Uveitis

Pengobatan uveitis dimulai dengan pemeriksaan oftalmologi lengkap menggunakan slit-lamp, pencitraan mata, dan tes darah untuk menentukan penyebab pastinya. Setelah diagnosis ditegakkan, pengobatan akan disesuaikan dengan kondisi pasien. Beberapa jenis obat yang digunakan antara lain:

  • Tetes mata kortikosteroid – sebagai pengobatan lini pertama untuk mengurangi peradangan
  • Dilating drops (cycloplegics) – untuk melebarkan pupil dan mengurangi rasa nyeri
  • Kortikosteroid oral atau suntik – digunakan untuk kasus yang lebih berat atau uveitis posterior
  • Imunosupresan, seperti methotrexate atau biologics – untuk kasus kronis atau akibat penyakit autoimun
  • Antibiotik, antivirus, atau antijamur – jika uveitis disebabkan oleh infeksi

Perawatan uveitis memerlukan pendekatan yang komprehensif dan koordinasi antarprofesi medis agar hasil terapi optimal dan risiko komplikasi dapat diminimalisir. Dengan penanganan yang tepat, penglihatan pasien bisa dipertahankan dan risiko kebutaan dapat dicegah.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *